Tuesday, March 12, 2013

tugas IBD (RESENSI)

Nama : Sardi Irfansyah                                 
Kelas  : 1IB03
NPM  : 16412848 
Kegiatan/Organisasi saya di gunadarma :
  •   koordinator laki-laki(ikhwan) angkatan 2012 UKM Fajrul Islam (FARIS)
Prosa Baru Cerpen dibawah ini di karangan saya sendiri.

Kejahatan Dibalas Dengan Kebaikan, Menghasilkan Persahabatan
Di sekolah SMA Negeri 72 Jakarta, Joni dan Joko sering belajar bersama, sampai waktu istirahat pertama pun mereka jarang ke kantin karena mereka terus belajar. Joni merupakan seorang yang pintar dan sabar ,sedangkan Joko seorang yang aneh dan pintar. Mereka sering berangkat sekolah bersama-sama dengan berjalan kaki.
Pukul 06.30 bel berbuyi tanda bahwa mereka harus sudah masuk sekolah. Joni dan Joko pun harus segera memasuki sekolah dan juga berada di kelas. Ketika mereka sampai di kelas dan belajar bahasa Indonesia, tiba- tiba ada yang mengetuk pintu, guru bahasa Indonesia pun membuka pintunya. Ternyata ada seorang murid baru, kemudian murid baru tersebut memperkenalkan dirinya, namanya Tono.
Sambil ngupil Joko pun berkata kepada Joni, “Hei Joni, apa kau tidak merakan dari tampang anak baru tersebut seperti orang yang nakal ?”
Joni pun menjawab,“Sudahlah jangan berprasangka buruk terhadap orang lain, mudah-mudahan saja dia orang yang baik.”
“Ya sudahlah..... kalau begitu” kata Joko sambil mebuang upilnya.
Murid baru itu duduk di depan Joko dan Joni, kemudian belajar seperti biasa dan mengikuti beberapa mata pelajaran lainnya. Sampai pada akhirnya bel berbunyi tanda bahwa sudah istirahat. Joni dan Joko pun belajar bersama.
“Hei, bolehkah saya kenalan?” kata Tono.
“Boleh, nama sama Joni dan ini teman saya Joko. Senang berkenalan dengan anda” kata Joni.
“Maukah kamu ikut belajar bersama kami?” kata Joko sambil mengupil.
“Hah... belajar ? buat apa kita belajar sekarangkan istirahat, dasar orang aneh” kata Toni sambil melempar buku Joni dan Joko.
“Hai kau, apa kau tidak tau sopan santun?” kata Joko sambil marah.
Toni pun mencuekinya dan membalikan wajahnya.
“Sudahlah lebih baik kita pergi saja” kata Joni sambil menenangkan dirinya.
Joko dan Joni pun pergi ke kantin, mereka pun makan bersama-sama. Ketika mereka makan tiba-tiba datang Toni dan duduk di sampin Joko.
“Mau apa kau kemari! Bukannya kau tadi telah mengganggu kami belajar ?” kata Joko sambil mengupil.
“Saya hanya ingin makan bersama kalian saja. ” kata Toni.
Ketika Toni sedang membuka mulutnya untuk memasukan makanan, tiba-tiba Joko melempar upilnya kemulut Toni.”
“Maaf... maaf sengaja” kata Joko sambil menahan ketawa.
“Apa kata kamu? sengaja! Dasar orang aneh , apa kau tidak tau itu jorok dan rasanya upil itu asin ?” kata Toni sambil marah.
“Oh........ asin toh. Seharusnya kau sadar masih mending kau merasakan asinnya upil dari pada sakit hati yang saya rasakan ketika kau melempar buku saya.” Kata Joko.
Toni pun pergi meninggalkan mereka.
“Hai Joko, apa kau tidak sadar perbuatanmu itu tidak baik, sebaiknya kau minta maaf kepada Toni.”kata Joni.
“Baiklah nanti aku akan meminta maaf kepada dia.” Kata Joko.
           
     Bel berbunyi tanda sudah waktunya untuk masuk ke kelas . Joni dan Joko pun segera masuk ke kelas. Ketika mereka berada di kelas mereka tidak melihat Toni. Joni dan Joko pun menunggu Toni sambil mengikuti pelajaran yang sedang berlagsug. Sampai pada akhirnya bel istirahat kedua pun berbunyi, Joko dan Joni pun segera ke mesjid untuk shalat.Ketika mereka sampai di mesjid mereka pun melihat Toni sedang shalat. Joko dan Joni pun juga ikut shalat, setelah selesai shalat Joko pun menghampiri Toni, tapi ternyata Toni pun tidak merespon permintaan maaf Joko, dia malah langsung pergi dan masuk ke kelas.
“Tuh lihat apa yang dia lakukan kepada saya, bukannya memaafkan malah pergi begitu saja.” kata Joko.
“Sudahlah lebih baik kita sabar saja, siapa tau dia sedang buru-buru karena ada sesuatu.” Kata Joni sambil menasehati Joko.
Pada akhirnya Joko dan Joni pun pergi keperpustakaan. Ketika mereka sedang belajar, tiba-tiba Toni datang dan duduk disampin Joko. Toni pun pura-pura membaca buku sambil mendengarkan musik menggunakan headset. Ketika Joko dan Joni sedang seriusnya belajar, Toni meletakan headsetnya kekuping Joko dan Joni, kemudian mengeraskan suara musiknya. Sehingga mereka merasa terganggu. Tapi Joko hanya tersenyum dan mengatakan terima kasih. Joko dan Joni pun segera pergi ke kelas meninggalkan Toni. Toni pun heran mengapa Joko mengucapkan terima kasih.
            
      Bel berbunyi tanda bahwa waktunya untuk masuk ke kelas. Ketika sampai di kelas Joni dan Joko pun duduk di bangkunya masing-masing dan mereka merasakan ada sesuatu di bangkunya. Setelah dilihat ternyata ada permen karet di bangku mereka sehingga celana mereka terkena permen karet. Joni dan Joko pun bertanya kepada temannya dan teman mereka menjawab bahwa Toni yang telah meletakan permen karet ke bangku mereka.
“Hai Toni, mengapa kau meletakan permen karet itu di bangku kami, padahal kami telah bersabar menghadapi kamu? “kata Joko.
“Hahaha..... itu hanya iseng-iseng saja.” kata Toni.
“Oh begitu, ya sudahlah saya maafkan.” Kata Joko(dengan senyuman).
Tiba-tiba bapak guru datang dan melihat celana Joko dan Joni yang kotor.
“Joko dan Joni mengapa kalian mengapa celana kalian kotor? “kata pak guru.
“Maaf pak guru kita tadi di kerjain oleh Toni.” Kata Joni dan Joko.
Pak guru pun segera memberikan peringatan kepada Toni dan memberikan hukuman. Namun Joni dan Joko meminta kepada gurunya agar tidak menghukum Toni. Pak guru pun akhirnya tidak memberikan hukuman kepada Toni. Toni pun merasa aneh dengan tingkah laku Joni dan Joko.

       Ketika sedang belajar Toni merasa kesulitan dengan soal Matematika yang di berikan oleh gurunya. Joni dan Joko pun berniat membantu.
“Hei Toni, ada yag bisa kami bantu? “ kata Joni dan Joko.
“Maaf... saya tidak membutuhkan bantuan kalian, saya sudah mengerti cara menjawab soalnya.” Kata Toni (dengan gaya yang sombong).
“Oh ya sudah kalau tidak ada kesulitan” kata Joni.
Pak guru pun memanggil Toni dan menyuruh Toni untuk maju dan mengerjakan soal.
Toni pun kebingungan, namun dengan gaya sombongnya ia pura-pura maju. Ketika dia maju, tiba-tiba Joni meminta kepada pak guru agar Joni yang mengerjakan soal tersebut karena Joni tau bahwa Toni tidak bisa mengerjakannya. Pak guru pun memberikan tugas tersebut kepada Joni utuk dikerjakan. Setelah beerapa lama kemudian bel pulang pun berbunyi. Para murid segera pulang, Joni dan Joko pulang bersama.
            
      Pada Sore Hari di pusat perbelanjaan Toni sedang membeli makanan dan obat-obatan untuk ibu. Namun Toni tidak memiliki uang yang cukup, tiba datang Joni dan Joko , kemudian mereka menegur Toni.
“Hai Toni, sedang apa kamu? “ tanya Joko kepada Toni.
“Sedang membeli makanan dan obat-obatan buat ibuku. Tapi uang saya kurang.” Kata Toni.
“Ya sudahlah biar saya dan Joni yang membayarnya.” kata Joko.
“Oh terima kasih Joni dan Joko. Sebelumnya saya minta maaf atas kesalahan yang telah saya perbuat.” Kata Toni ( dengan muka yang menyesal dan terharu).
“Semua kesalahanmu telah kami maafkan. Oh iya bolehkan kami kerumahmu unuk menjenguk ibumu?” kata Joko.
“ Oh tentu saja boleh.” Kata Toni.
Tiba sampai dirumah Toni, Joko dan Joni di ajak untuk ke kamar ibunya untuk melihat ibunya yang sedang sakit.
“Oh iya ngomong-ngomong kenapa kalian tadi tidak marah dan hanya bersikap biasa saja atau pun tersenyum kepada saya, pada hal saya telah mengganggu kalian?” kata Toni.
“Kami hanya ingin membalas kejahatanmu dengan kebaikan kami.” Kata Joko (sambil mengupil).
“Terus mengapa kau mengupil? “ kata Toni.
“Itu sudah kebiasaan saya dari kecil, oh iya maafin saya ya, waktu itu saya melempar upil kemakanan kamu.” Kata Joko.
“ Ya sudah, tidak papa.” kata Toni (sambil tersenyum).
“uhuk-uhuk... Ibu harap kalian semua menjadi sahabat dan teman yang baik selamanya” kata Ibu Toni (sambil batuk) .
“Oke kalau begitu kita bersahabat” kata Toni, Joni dan Joko ( dengan wajah gembira).
Akhirnya mereka menjadi bersahabatan dan saling tolong menolong.

RESENSI CERPEN diatas  
 Identitas cerpen:
  1. Judul Cerpen: Kejahatan Dibalas Dengan Kebaikan, Menghasilkan Persahabatan
  2. Nama Pengarang:Sardi Irfansyah
  
Analisis Unsur Intrinsik:
  1. Tema: Kejahatan Dibalas Dengan Kebaikan, Menghasilkan Persahabatan
  2. Setting: Di SMA Negeri 72 Jakarta
  3. Alur: maju  
  4. Waktu : pukul 6:30 pagi, ketika Istirahat dan masuk kelas, dan Ketika Sore hari
  5. Tokoh:Toni, Joko, Joni, Pak Guru , Ibu Toni
  6. Perwatakan:
Toni: orang yang suka iseng atau mengganggu temannya.
Joko: orang yang baik hati , aneh dan pintar .
Joni: orang yang sabar, baik hati dan juga pintar.
Pak Guru: orang yang tegas dan juga baik hati.
Ibu Toni : baik hati .
     7. Sudut Pandang: pengarang sebagai orang ketiga yang banyak tahu.
     8. Amanat: 
  • balaslah kejahatan dengan kebaikan agar orang yang jahat tersebut menjadi baik  atau sadar.
  • jangan suka berbuat jahil kepada teman .
 Analisis Unsur Ekstrinsik:
  1. Nilai Moral : balaslah kejahatan dengan kebaikan karena dengan kebaikan dapat mengubah orang tersubut menjadi baik.
  2. Nilai Sosial :
  •  jenguklah orang yang sedang sakit , maupun anaknya tidak baik 
  •  bersosialisasilah dengan teman atau sahabat yang dengan baik dan sopan.
Kekurangan Cerpen :
     Pada akhir cerita terlalu ringkas dan juga kurangnya penjelas tentang penyakit apa yang diderita ibu Toni.

Kelebihan :
     Bahasa tulisan yang digunakan mudah dimengerti dan juga cerita tersebut mengandung unsur pelajaran bagi yang membacanya , yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

 

Prosa lama
 HIKAYAT
 
                                              PERKARA SI BUNGKUK DAN SI PANJANG



Hatta maka berapa lamanya Masyhudulhakk pun besarlah. Kalakuan maka bertambah-tambah cerdiknya dan akalnya itu. Maka pada suatu hari adalah dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia kepada suatu sungai. Maka dicaharinya perahu hendak menyeberang, tiada dapat perahu itu. Maka ditantinya kalau-kalau ada orang lalu berperahu. Itu pun tiada juga ada lalu perahu orang. Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya. Sebermula adapun istri orang itu terlalu baik parasnya. Syahdan maka akan suami perempuan itu sudah tua, lagi bungkuk belakangnya. Maka pada sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga. Katanya, "Apa upayaku hendak menyeberang sungai ini?"



Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana sungai itu. Maka kata orang itu, "Hai tuan hamba, seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini, karena hamba tiada dapat berenang; sungai ini tidak hamba tahu dalam dangkalnya." Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali ini!"



Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu merendahkan dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan menuju orang tua yang bungkuk laki-istri itu. Maka kata orang tua itu, "Tuan hamba seberangkan apalah  hamba kedua ini. Maka kata Bedawi itu, "Sebagaimana  hamba hendak bawa tuan hamba kedua ini? Melainkan seorang juga dahulu maka boleh, karena air ini dalam."


Maka kata orang tua itu kepada istrinya, "Pergilah diri dahulu." Setelah itu maka turunlah perempuan itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu. Arkian maka kata Bedawi itu, "Berilah barang-barang bekal-bekal tuan hamba dahulu, hamba seberangkan." Maka diberi oleh perempuan itu segala bekal-bekal itu. Setelah sudah maka dibawanyalah perempuan itu diseberangkan oleh Bedawi itu. Syahdan maka pura-pura diperdalamnya air itu, supaya dikata oleh si Bungkuk air itu dalam. Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi itu kepada perempuan itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan mudanya. Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik juga tuan hamba buangkan orang bungkuk itu, agar supaya tuan hamba, hamba ambit, hamba jadikan istri hamba." Maka berbagai-bagailah katanya akan perempuan itu.

Maka kata perempuan itu kepadanya, "Baiklah, hamba turutlah kata tuan hamba itu."
Maka apabila sampailah ia ke seberang sungai itu, maka keduanya pun mandilah, setelah sudah maka makanlah ia keduanya segala perbekalan itu. Maka segala kelakuan itu semuanya dilihat oleh orang tua bungkuk itu dan segala hal perempuan itu dengan Bedawi itu.
Kalakian maka heranlah orang tua itu. Setelah sudah ia makan, maka ia pun berjalanlah keduanya. Setelah dilihat oleh orang tua itu akan Bedawi dengan istrinya berjalan, maka ia pun berkata-kata dalam hatinya, "Daripada hidup melihat hal yang demikian ini, baiklah aku mati."
Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu. Maka heranlah ia, karena dilihatnya sungai itu aimya tiada dalam, maka mengarunglah ia ke seberang lalu diikutnya Bedawi itu. Dengan hal yang demikian itu maka sampailah ia kepada dusun tempat Masyhudulhakk itu.

Maka orang tua itu pun datanglah mengadu kepada Masyhudulhakk. Setelah itu maka disuruh oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun datanglah dengan perempuan itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Istri siapa perempuan ini?"
Maka kata Bedawi itu, "Istri hamba perempuan ini. Dari kecil lagi ibu hamba pinangkan; sudah besar dinikahkan dengan hamba."
Maka kata orang tua itu, "Istri hamba, dari kecil nikah dengan hamba."

Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka gemparlah. Maka orang pun berhimpun, datang melihat hal mereka itu ketiga. Maka bertanyalah Masyhudulhakk kepada perempuan itu, "Berkata benarlah engkau, siapa suamimu antara dua orang laki-laki ini?"
Maka kata perempuan celaka itu, "Si Panjang inilah suami hamba."
Maka pikirlah Masyhudulhakk, "Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.
Maka diperjauhkannyalah laki-laki itu keduanya. Arkian maka diperiksa pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata perempuan itu, "Si Panjang itulah suami hamba."
Maka kata Masyhudulhakk, "Jika sungguh ia suamimu siapa mentuamu laki-laki dan siapa mentuamu perempuan dan di mana tempat duduknya?"

Maka tiada terjawab oleh perempuan celaka itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk perjauhkan. Setelah itu maka dibawa pula si Panjang itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Berkata benarlah engkau ini. Sungguhkah perempuan itu istrimu?"
Maka kata Bedawi itu, "Bahwa perempuan itu telah nyatalah istri hamba; lagi pula perempuan itu sendiri sudah berikrar, mengatakan hamba ini tentulah suaminya."
Syahdan maka Masyhudulhakk pun tertawa, seraya berkata, “Jika sungguh istrimu perempuan ini, siapa nama mentuamu laki-laki dan mentuamu perempuan, dan di mana kampung tempat ia duduk?"

Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan laki-laki Bedawi itu. Setelah itu maka dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Hai orang tua, sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benamya?"
Maka kata orang tua itu, "Daripada mula awalnya." Kemudian maka dikatakannya, siapa mentuanya laki-laki dan perempuan dan di mana tempat duduknya
Maka Masyhudulhakk dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu. Maka hendaklah disakiti oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya. Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali. Kemudian maka disuruhnya tobat Bedawi itu, jangan lagi ia berbuat pekerjaan demikian itu.
Maka bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu.

Sumber Artikel Dari : http://www.info-asik.com/2012/10/contoh-hikayat-terbaru.html#ixzz2NNZ374qu

Resensi Hikayat:
Judul: Hikayat Mashudulhakk (perkara si bungkuk dan si panjang)

Unsur intrinsik :

·     1. Tema      : Kesetiaan dan Pengkhianatan dalam Cinta2

·     2. Tokoh     :

  •      Masyhudulhakk : arif, bijaksana, suka menolong, cerdik, baik hati.

  •      Si Bungkuk : setia pada istrinya, suka mengalah, mudah percaya.


  •      Si Panjang / Bedawi : licik, egois.
  •      Istri Si Bungkuk : mudah dirayu, tidak setia, suka berbohong, egois.
3. Tempat :
  •       Tepi sungai : Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan istrinya.

  •       Sungai : turunlah perempuan itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu

ü   4. Suasana :

  •       Menegangkan: Maka pada sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga.

  •    Mengecewakan:  "Daripada hidup melihat hal yang demikian ini, baiklah aku mati.Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu.
  • Membingungkan: Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka gemparlah.

     5. Waktu : tidak diketahui


·    6. Alur : Alur maju

     7. Amanat :

  •      Jangan berbohong karena berbohong itu tidak baik, merupakan dosa, dan hanya akan menimbulkan kerugian pada diri kita sendiri.

  •       Bantulah dengan ikhlas orang yang membutuhkan bantuan

  •       Jangan mengambil keputusan sesaat yang belum dipikirkan dampaknya
  •       Jadilah orang yang bijaksana dalam mengatasi suatu masalah
Unsur ekstrinsik :
  • ·    Nilai religius : kita harus selalu bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah. Jangan pernah merasa iri dengan apa yang tidak kita miliki karena apa yang telah diberikan Allah kepada kita adalah sesuatu yang memang terbaik untuk kita. Janagn seperti yang ada pada hikayat mashudulhakk.
  • ·    Nilai moral : Janganlah  sekali-kali  kita memutar balikkan fakta, mengatakan bahwa yang salah itu benar dansebaliknya, karena bagaimanapun juga kebenaran akan mengalahkan ketidak benaran.
  • ·    Nilai social budaya :Sebuah kesalahan pastilah akan mendapat sebuah balasan, pada hikayat ini diterangkan bahwa seorang yang melakukan keslahan seperti berbohong maka akan did era sebanyak seratus kali. (Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali.)


karya: Chairil Anwar

Puisi Untuk Ibu
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandai
Ibu…..
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemah
Ibu…..
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
Dan Bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada Tuhan
Namun…..
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu….
Ibu….
Aku sayang padamu…..
Tuhanku….
Aku bermohon padaMu
Sejahterakanlah dia
Selamanya…..

sumber referensi puisi diatas: http://brainwordtalk.wordpress.com/2012/04/03/puisi-untuk-ibu-karya-chairil-anwar/

Nilai yang terkandung dalam Puisi diatas:
  • mengandung Nilai Moral : dalam keadaan bagaimanapun ibu berusaha memberi nasihat yang bertujuan baik buat kita ( terdapat pada baris 1-2) walapun menurut kita itu menyindir (terdapat pada baris 8-13 )
  • mengandung Nilai Agama : ketika mendo'akan ibu, yaitu pada kata:
         Tuhanku….
         Aku bermohon padaMu
         Sejahterakanlah dia
         Selamanya…..

No comments:

Post a Comment

Soal dan Jawaban Test Glints Academy Career Exploration

Berikut beberapa contoh soal dasar tentang HTML dan CSS yang mungkin anda temui di Glints Career Exploration. Semoga Bermanfaat. Jawaba...